Selasa, 27 Januari 2015

Mengetahui tentang Batu Bacan


MENGENAL BATU BACAN LEBIH DEKAT
(Batu BACAN, Batu Mulia Dari Pulau Kasiruta)
Setahun belakangan, geliat bisnis batu pualam begitu mengusik rasional. Batu Bacan mampu membuat fenomena di luar nalar para pebisnis. Bagaimana tidak, sebutir batu pualam dari jenis Batu Bacan dengan ukuran kecil dengan berat kurang dari 1 kg mampu terjual puluhan hingga ratusan juta. Tergantung jenis dan kualitas batu tersebut.
Bagi pebisnis, fenomena tersebut memang diluar nalar. Akan tetapi, bagi pemerhati dan pecinta batu, hal tersebut sangat masuk akal. Apalagi jika dilihat dari sudut pandang karakteristik, muasal, sejarah, kandungan nikel dan artistik dari batu tersebut.
Sebut saja Akiong, salah seorang pengusaha dan pemilik hotel di Kota Ternate, mengatakan, batu Bacan setahun belakangan ini menjadi fenomena bagi pelaku bisnis batu pualam. Meski bukan tergolong jenis batu permata (mulia), namun Batu Bacan mampu disejajarkan dalam jenis batu mulia.

Akiong mengidentifikasi, fenomena meroketnya harga batu Bacan tersebut bermula dari mulai menipisnya persedian batu Giok dari Negara Tiongkok. Salah satu batu yang menyerupai baik secara partikel mapun manfaat yang ada di dalamnya yaitu batu Bacan.
“Saya masih ingat betul, dulu batu Bacan yang dijual di Kota Ternate ini nyaris tidak laku di pasaran. Dulu, bongkahan batu Bacan yang beratnya 1 kg hanya dihargai puluhan ribu. Tapi sekarang, dengan berat yang sama bisa dihargai hingga puluhan juta,” ungkap Akiong.
Akiong pun kembali menuturkan, sekarang untuk menemukan penjual batu Bacan secara bongkahan sudah langka. Kalau pun ada, dapat dipastikan para pemasok tersebut berasal dari Pulau Bacan — yang menjadi muara perniagaan asal batu. Ketika sudah sampai di Kota Ternate harganya pasti melambung tinggi.
Hal ini pun seolah diamini oleh Irfan Mopangga, salah seorang pedagang bongkahan batu Bacan di Kota Ternate. Irfan mengaku, mampu meraup keuntungan antara Rp. 12 juta per bulan. Jika dirata-rata, per hari, meraup keuntungan Rp. 1.000.000. “Kalau lagi sepi, bisa mengantongi keuntungan antara Rp. 400 – 700 per hari,” ucap Irfan.
Harga tersebut belum seberapa besar jika telah menjadi sebuah cincin akik. Untuk satu unit dengan jenis Doko saja berkisar di harga Rp. 2 – 3 juta. Harga tersebut masih di wilayah Kota Ternate, dan masih tergantung lagi dari besar dan kecilnya, serta jenis dari batu Bacan tersebut. Dapat dibayangkan betapa fantastiknya jika harga batu Bacan ke luar dari wilayah, sebut saja Pulau Jawa dan Sumatera.
Batu Akik jenis Bacan
Karakteristik dan Keunikan Batu Bacan
Batu Bacan (chrysocolla) adalah batu permata asli dari Pulau Kasiruta, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Dinamakan begitu karena Pulau Bacan menjadi muasal keberadaan batu ini. Batu ini memiliki beberapa jenis dan kelas, yakni Palamea, Doko, dan Obi.
Agus Hariyanto, seorang pemerhati dan pelaku bisnis batu pualam asal Lampung mengatakan, yang membedakan batu Bacan dengan batu akik lainnya terletak pada mineral (calsedoni). Kandungan calsedoni yang ada pada batu itu sangat tinggi.
Masing-masing batu memiliki karakteristik warna yang berbeda-beda. Batu Bacan Palamea memiliki karakter warna kebiruan, sedangkan Doko cenderung kehijauan, dan Obi lebih ke warna merah. Batu Bacan mengalami pemrosesan warna, dari buram ke warna bening. Semakin bening, semakin mahal harganya.
“Berhembus pula sebuah mitos dikalangan pecinta batu, seiring makin beningnya warna batu bacan, maka sang pemilik diyakini dinuangi keberuntungan baik secara karir maupun rejekinya,” tutup Agus Hariyanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar