Minggu, 01 Februari 2015

masjid agung batam



Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 75.000 m2 pada tahun 1999, atas prakarsa Ismed Abdullah ketua Otorita Batam serta diarsiteki oleh Ir. Achmad Noe’man di Batam Center, Kota Batam. Bangunan masjid ini berbentuk paduan antara balok bujur sangkar pada bagian bawah dan lintas sama sisi pada bagian atas yang merupakan kepala bangunan. Luas ruang solat seluruhnya 2.515 m2
dan mampu menampung 3.500 jamaah, bagian luar mampu menampung 15.000 jamaah, Ruang wudlu pria seluas 506,7 m2, runag wudlu wanita seluas 178,1 m2. Ruang penitipan barang seluas 39,96 m2, Ruang kegiatan 2.190,3 m2.  dan menara setinggi 66 meter.
Lokasi masjid yang terletak di Batam Centre ini memiliki keunikan tersendiri, dimana di dalam masjid tidak ada tiang penyanggah sehingga ruangan di dalam masjid tampak luas. Dengan arsitektur yang bergaya Timur Tengah dengan dihiasi oleh ornamen-ornamen yang indah membuat Masjid Raya Batam semakin indah khususnya pada waktu malam dengan sorotan lampu yang membuat semakin megah. Masjid ini mempunyai kemiripan dengan salah satu Masjid yang ada di daerah Sulawesi, karena di buat oleh arsitek yang sama sehingga seolah-olah masjid ini mempunyai kembaran. Jika hendak mengunjugi lokasi ini Untuk menuju Masjid Raya Batam cukup ditempuh 3 menit dari Pelabuhan Internasional Batam Centre, 15-20 menit dari Nagoya dan Bandara Hang Nadim.
Masjid Raya Batam (MRB) meraih Masjid Award 2009 dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat. Penghargaan ini akan diserahkan langsung oleh Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Nasaruddin Umar.
Kriteria penilaian dalam Masjid Award ini antara lain meliputi kualitas pengelolaan masjid, pelayanan, kegiatan masjid dan lainnya. Ketua Harian MRB, Ki Agus Razali mengaku belum menerima laporan tentang Masjid Award 2009 tersebut. Namun jika benar MRB mendapat penghargaan tersebut, ini tidak terlepas dari peran MRB yang menyentuh segala aspek. Mulai dari segi keagamaan hingga ranah sosial lainnya.
Apalagi, kata Razali, MRB juga akan mengembangkan rumah sakit Islam yang terintegrasi dengan Asrama Haji Batam Centre. Selain itu, MRB juga giat menggalakkan kegiatan sosial melalui lembaga zakat, program anak asuh dan lain sebagainya. “Selain itu, dari segi arsitektur MRB juga unik,” kata Razali.
Kini Masjid Raya Batam Centre sudah berganti nama menjadi Masjid Agung Batam. Pergantian nama ini ditetapkan oleh Kementerian Agama pada Juli 2010 lalu dan ditindaklanjuti dengan SK Walikota Batam. Pergantiannya sudah siapkan Pemko Batam pada sebelumnya. Masjid yang megah ini sedang dilakukan pengecatan, perbaikan atap, dan renovasi.
“Secara sah, Masjid Raya Batam Centre sudah berganti nama menjadi Masjid Agung. Hanya saja, sebutan Masjid Agung Batam belum melekat, karena harus banyak yang diubah, mulai dari nama masjid sendiri, dokumen lama, nama sekretariat dan sebutan di saat khutbah di masjid,” kata Yusfa Hendri, Kabag Humas Pemerintah Kota (Pemko) Kota Batam, kemarin.
Pergantian nama Masjid ini diatur Kementerian Agama dengan sistem melihat wilayah untuk sebuah masjid. Untuk kabupaten dan kota, sebuah masjid diubah namanya dan statusnya menjadi Masjid Agung, sedangkan masjid provinsi disebut Masjid Raya.
Ia mengatakan, pergantian nama masjid dari Masjid Raya ke Masjid Agung bukan menjadi persoalan, karena nama masjid itu juga sudah biasa dipakai untuk masjid besar yang ada di setiap kota dan daerah di seluruh Indonesia. Artinya masyarakat sudah sangat mengenal sebutan untuk dua masjid skala besar itu, baik di Batam maupun di tempat lain.
“Baik Masjid Agung, maupun Masjid Raya tidak masalah dengan sebutan nama masjid itu. Walau diganti nama, masjid ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat Batam,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar